![]() |
Foto: Aspirasi terkait pelayanan Kesehatan di rumah sakit dan puskesmas |
WAJO,INFOCHANELNASIONAL.COM--- Pelita Hukum Independen ( PHI) , kembali menyampaikan aspirasi terkait layanan kesehatan yang diduga meresahkan masyarakat. Kamis,02/08/2021, pukul.10.00 wita
Adapuń aspirasi yang disampaikan yaitu, Ibu pasca melahirkan tidur di emperan rumah sakit,kedua Dokter di Puskesmas Sabbangparu Cuti bersamaan, ketiga Ibu Hamil bolak balik antara rumah sakit umum dan puskesmas wewangrewu yang mengakibatkan bayi meninggal dalam kandungan , keempat pasien yang masuk rumah sakit dengan status hasil swab negatif covid-19 diharuskan masuk ruang isolasi covid-19 untuk menunggu hasil PCR.
Adapun yang datang menerima aspirasi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo, dr.Armin, Direktur RSUD Lamaddukelleng dr. A.Ela Hafid, Kepala BPJS Kesehatan Kabupaten Wajo Sri Wahyuni, Kepala Puskesmas Sabbangparu Hj. dr. Mardiana, Kepala UPTD Puskesmas Wewangrewu dr. Andi Nurrahma. Dari pihak DPRD Kabupaten Wajo, Ada H. Sudirman Meru, H. Muhammad Yunus Panaungi,Andi Bakti Werang, dan H.Anwar,MD.
Ketua PHI Kabupaten Wajo, Sudirman, menyampaikan 4 (empat) keluhan masyarakat yang tertera dalam persuratannya, dan meminta pihak Kepala Puskesmas wewangrewu, puskesmas Sabbangparu dan direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukkelleng untuk membuat inventarisasi permasalahan kemudian carikan solusinya agar tidak berulang terus, tuturnya
“Kami hadir membantu masyarakat bukan membebani pemerintah tapi membantu mengharmonisasi antara pemerintah dan masyarakat bisa tercapai, dan tolong terimaki masukan, jangan tebalkan telinga. Bisa saja kami laporkan aspek hukumnya ke pihak berwajib karena penelantaran pasien, tapi kali ini kita tidak menempuh itu dan minta pembenahan besar-besaran di lingkup Kesehatan Puskesmas dan rumah sakit,”kata Sudirman
Sementara Ketua PWI Kabupaten Wajo, H.Rukman Nawawi, secara tegas mengatakan di hadapan Forum aspirasi agar petugas kesehatan yang bertugas pada saat ada pasien hamil yang disuruh bolak- balik Puskesmas dan rumah sakit , sehingga anak dalam kandungan meninggal, agar oknumnya dimutasi semuanya.
“Saya minta direktur rumah sakit Lamaddukkelleng Sengkang agar memutasi semua anggotanya yang bertugas pada saat itu, saya ada fotonya, karena ulahnya melakukan pembiaran atau kebijakan diharuskan bolak balik, mengakibatkan anak kembar dari Anggota PWI bernama Hamzah meninggal dalam kandungan. Saya selaku Pimpinan Hamzah di Media Sinergi tempatnya menjadi wartawan, agar oknum tidak perlu dipecat, cukup dipindahkan saja, karena ternyata banyak Hamzah-Hamzah yang lain pernah mengalami, terbukti sejak saya posting di media sosial, banyak masyarakat yang juga mengaku pernah mengalami,”terangnya
Kepala Dinas Kesehatan, dr.Armin, sudah sering meminta di BKD agar dokter di Puskesmas ditambah, karena hampir seluruhnya puskesmas rawat inap hanya satu dokter, dan kasus di Sabbangparu yang dokternya cuti, itu tenaga honorer, bukan PNS, sementara cuti menikah dan sudah terjadwal, sementara Kepala Puskesmas yang merupakan dokter terkonfirmasi covid-19, tetapi pelayanan tetap berjalan.
Sementara Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lamaddukkelleng, dr.Andi Ela Hafid, atas nama RSUD Lamaddukkelleng mewakili meminta maaf atas kekhilafan yang dilakukan anggotanya, sehingga ada pasien bayi kembar meninggal dalam kandungan.
“Saya selalu menyampaikan kepada semua petugas kesehaatan di RSUD Lamaddukkelleng, utamakan pelayanan, belakangan administrasi, dan anggota yang bertugas pada waktu itu sudah diberi surat peringatan, kalau mengulangi akan dikeluarkan,” ujarnya
Tim penerima aspirasi, H. Muhammad Yunus Panaungi, meminta pihak Rumah sakit dan Puskesmas menjadikan kasus itu sebagai bahan evaluasi, agar tidak terulang seperti itu lagi.
Dari anggota DPRD Kabupaten Wajo, H. Anwar, mewakili Komisi IV, juga meminta maaf, atas kejadian kasus ada bayi meninggal karena diharuskan bolak-balik dari Puskesmas dan rumah sakit, karena Kesehatan adalah mitra kerjanya,tuturnya
“Kami di Komisi IV, tidak memungkiri ada rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Wajo, yang masih terus-menerus melakukan kesalahan pelayanan. Bisa kita lihat kalau kita di rumah sakit tetangga, seperti Sidrap, Belopa, Pare-pare, coba tanya pasiennya di dalamnya pasti ada orang Wajo yang berobat, tapi coba kita lihat di rumah sakit kita diWajo, adakah orang dari Sidrap, atau Luwu yang datang, pasti tidak ada. Maka mari kita berbenah, dan saling mengevaluasi,”harapnya (Adv)
Editor:Muhlis